Setiap wanita muslimah yang sudah menikah sesungguhnya bisa menjadi
seorang istri yang hebat. Bagaimanakah sosok istri yang hebat? Berikut
adalah Ciri-ciri Istri Yang Hebat disertai contoh-contoh dari
shahabiyah. Anda yang belum menikah pun perlu membacanya sebagai bekal
berumah tangga.

1. Tak Mudah Panik Saat Menghadapi Masalah
Ciri pertama istri yang hebat adalah tidak mudah panik saat menghadapi
masalah. Ummu Sulaim menjadi contoh yang sangat baik dalam hal ini.
Ummu Sulaim tidak seperti itu. Ia tidak panik. Bahkan saat Abu Thalhah
pulang, ia tidak langsung memberitahukan kabar duka itu kepada suaminya.
Ia juga tidak menampakkan tanda-tanda kesedihan. Disambutnya sang suami
dengan wajah berseri, disiapkan keperluannya, dipersilahkan
menghilangkan keletihan dan kepenatannya.
Bahkan Ummu Sulaim malam itu tampil menawan dan melayani Abu Thalhah
dengan penuh cinta di peraduan.Saat Abu Thalhah pergi, putra mereka yang
bernama Abu Umair meninggal dunia setelah beberapa hari sakit. Istri
yang biasa-biasa saja, mungkin ia akan sangat terpukul dan panik.
Seperti dialami wanita yang pernah meraung-raung di pemakaman Baqi’ dan
dinasehati sabar oleh Rasulullah, namun beliau malah dimarahi.
Selesai bercinta, ketika suasana santai Ummu Sulaim berkata kepada Abu
Thalhah. “Seandainya ada seseorang yang meminjamkan sesuatu lalu
beberapa waktu kemudian ia mengambil pinjaman itu, apakah engkau akan
menolaknya?”
“Tidak”
“Kalau begitu bersabarlah, anak kita telah meninggal dunia”
“Mengapa kau tidak memberitahuku saat aku tiba?” Abu Thalhah sempat
marah. Lalu pagi harinya mengadukan kepada Rasulullah. Namun Rasulullah
justru memuji Ummu Sulaim dan mendoakan keberkahan atas apa yang mereka
lakukan semalam. Kelak, Abu Thalhah dan Ummu Sulaim dikaruniai sembilan
anak dan seluruhnya hafal Al Qur’an.
Banyak wanita yang cepat panik saat menghadapi masalah. Listrik mati,
panik dan ketakutan. LPG habis, panik takut tidak bisa memasak. Suami
terlambat pulang kerja, panik dan marah-marah. Anak jatuh, panik.
Istri yang hebat adalah istri yang tidak mudah panik saat menghadapi
masalah. Kesabaran menjadi pondasi ketenangannya dan dengan ketenangan
ia bisa berpikir lebih jernih serta mengambil tindakan terbaik atas
segala masalah yang dihadapinya. Istri yang tidak mudah panik pada
akhirnya akan membuat suami semakin cinta dan keluarga semakin bahagia.
2. Memberi Motivasi Saat Suami Menghadapi Tekanan
Hari itu Rasulullah datang dengan wajah pucat dan tubuh menggigil.
Seperti orang ketakutan. “Selimuti aku, selimuti aku,” kata beliau
kepada istri tercinta, Khadijah radhiyallahu ‘anha.
“Jangan khawatir wahai suamiku,” kata Khadijah dengan nada meyakinkan,
“Berbahagialah, sesungguhnya Allah tidak mungkin menghinakanmu. Selama
ini engkau selalu menyambung silaturahim, jujur dalam berbicara,
meringankan beban orang yang susah, membantu orang yang lemah,
menghormati tamu dan selalu membela kebenaran.”Khadijah segera
menyelimuti Rasulullah dan menenangkan beliau. Lalu beliau pun
menceritakan apa yang baru saja dialaminya di gua hira; bertemu makhluk
yang aneh, mendekapnya hingga sulit bernafas, lalu membacakan beberapa
kalimat yang tak lain adalah surat Al ‘Alaq. “Aku sangat ketakutan,”
pungkas beliau mengakhiri ceritanya.
Demikianlah ummul mukminin Khadijah radhiyallahu ‘anha. Ia mencontohkan
bagaimana menenangkan dan memotivasi suaminya. Atas peran Khadijah,
hari-hari pertama suaminya menjadi Nabi berlangsung dengan baik. Atas
dukungan dan motivasinya.
Setiap suami pasti pernah mengalami tekanan. Entah tekanan karena
pekerjaan, tekanan dalam mualamah, tekanan dalam berinteraksi dengan
teman dan kolega, maupun tekanan saat berdakwah. Istri yang hebat adalah
istri yang bisa menenangkan dan memotivasi suaminya. Tekanan yang
didapat di luar rumah, segera akan ternetralisir di dalam rumah karena
bertemu Anda, istrinya tercinta. Stres saat menghadapi masalah di luar
rumah segera mengendor di dalam rumah ketika berjumpa dengan Anda,
istrinya tercinta.
3. Memberi Inspirasi dan Solusi Saat Suami Menghadapi Masalah
Mayoritas sahabat tidak terima. Mereka pergi ke Makkah berniat untuk
berhaji. Namun orang-orang kafir Quraisy menghadang mereka dan membuat
perjanjian damai dengan Rasulullah. Salah satu isi perjanjian Hudaibiyah
itu adalah mereka tidak bisa berhaji tahun ini. Mereka tidak boleh
masuk Makkah.
suaminya ‘bingung’ seperti itu, Ummu Salamah menenangkan beliau dan
mengusulkan sebuah ide brilian. “Wahai Rasulullah, jika engkau
bertahalul dan memotong hewan qurban, insya Allah mereka akan segera
menirumu.”Ketika Rasulullah menyuruh mereka ber-tahalul (memotong
rambut) dan menyembelih hewan qurban, mereka diam. Mereka masih marah
dan tidak terima dengan keputusan tersebut. Hal itu membuat Rasulullah
kecewa. Tidak pernah para sahabat tidak merespon perintah seperti ini.
Rasulullah senang mendengar ide dari istrinya tersebut. Tanpa mengucap
perintah apapun, beliau bertahalul dan memotong hewan qurban. Dan benar,
para sahabat kemudian ikut bertahalul dan memotong hewan qurban tak
lama setelah itu.
Istri yang hebat adalah istri yang bisa mengurai masalah suaminya.
Memberinya ide, memberinya inspirasi, membantu menemukan solusi. Bukan
sebaliknya malah membuat rumit masalah, membuat pelik persoalan dan
menambah ruwet persoalan.
Jika suamimu pulang mengeluhkan pekerjaan, jangan engkau marahi: “Kerja
gajinya kecil, selalu ada masalah. Dasar suami bodoh.” Astagfirullah…
betapa kacaunya hati suami mendapatkan komentar seperti itu. Lebih baik
sambut dengan mesra, siapkah teh manis, dengarkan setiap keluh-nya dan
berpikirlah sejernih mungkin seraya berdoa. Semoga engkau seperti Ummu
Salamah yang bisa memberikan ide dan inspirasi untuk suami tercinta.
4. Menjadi Pelipur Lara Bagi Suami
Saudah radhiyallahu ‘anha adalah contoh istri yang pandai bercanda dan
menghibur suaminya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Meskipun
usianya tergolong sudah lanjut, beliau sering membuat Rasulullah
tersenyum dengan cerita dan kata-katanya.
Ketika usianya semakin lanjut, Saudah memberikan hari gilirannya kepada
Aisyah. Beliau tahu bahwa Rasulullah sangat mencintai Aisyah dan beliau
ingin menyenangkan hati Rasulullah dan Aisyah. Orang yang paling
berbahagia dengan sikap Saudah itu adalah Aisyah.Suatu pagi Saudah
bercerita pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, semalam aku ikut shalat di
belakangmu. Ketika ruku’, engkau menyenggolku sehingga aku memegang
hidungku karena takut mengeluarkan darah.” Seketika Rasulullah tersenyum
mendengar penuturan istrinya tersebut.
“Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika
diriku menjadi dirinya kecuai Saudah binti Zam’ah,” kata Aisyah,
“Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa.”
Istri yang hebat, ia bisa menghibur suaminya. Tidak hanya melalui urusan
ranjang, tetapi juga melalui canda-canda berdua. Betapa senangnya suami
yang ditemani oleh istri yang periang dan membuatnya tersenyum, di saat
dirinya di luar rumah sering berhadapan dengan hal-hal serius yang
menguras pikiran dan menguras energi.
5. Jujur dan Minta Maaf Jika Melakukan Kesalahan
Seorang shahabiyah, bahkan istri Rasulullah pun pernah melakukan kesalahan yang membuat suaminya marah.
Khawatir ketahuan telah membuntuti Rasulullah, Aisyah mempercepat
langkahnya hingga tiba di rumah.Malam itu giliran Aisyah radhiyallahu
‘anha. Rasulullah telah melepas baju luarnya dan bersiap tidur. Beliau
terlihat tenang seperti orang yang telah tidur. Namun setelah itu beliau
kembali memakai bajunya dan pergi keluar. Aisyah yang terkenal sebagai
istri Nabi paling pencemburu kemudian mengendap-endap mengikuti beliau
dari belakang hingga tampak olehnya Rasulullah masuk ke pemakaman Baqi,
berdiri di sana dan berdoa.
“Mengapa nafasmu tersengal-sengal?” tanya Rasulullah.
“Tidak apa-apa ya Rasulullah.”
“Engkau mengatakan kepadaku atau Allah yang akan memberi tahu aku?”
mendengar pertanyaan itu, Aisyah menjelaskan bahwa dirinya tadi
mengikuti Rasulullah.
Rasulullah sempat agak marah, namun Aisyah segera memakai caranya untuk meminta ridha beliau dan meredam kemarahannya.
Rasulullah tidak jadi marah, justru memberikan banyak pelajaran berharga kepada Aisyah malam itu.
Pernah juga Aisyah, Hafshah dan istri Rasulullah yang lain meminta
tambahan nafkah kepada beliau. Padahal berliau tidak lagi mengurusi hal
duniawi seperti itu, beliau sangat zuhud dan langsung menyedekahkan apa
yang beliau dapatkan. Hanya mengambil secukupnya untuk keluarga.
Rasulullah sempat marah ketika itu dan kemudian Allah menurunkan surat
Al Ahzab ayat 28-29 yang berisi pilihan apakah mereka mau tetap bersama
Rasulullah dalam kesederhanaan atau mau gemerlapnya dunia namun
diceraikan oleh Rasulullah. Akhirnya mereka semua bertaubat kepada Allah
dan meminta maaf kepada Rasulullah.
Demikianlah istri yang hebat. Jika ia salah, ia jujur dan mau meminta
maaf. Persoalah gengsi dan tidak mau meminta maaf merupakan penyakit
berbahaya dalam rumah tangga. Betapa banyak pasangan yang bercerai
karena pasangan suami istri sama-sama mengedepankan ego dan gengsinya.
Tak ada yang mau mengalah, tak ada yang mau minta maaf meskipun salah.
Istri yang hebat adalah istri yang tidak gengsi untuk minta maaf dan
meminta ridha suami, terlebih ketika dirinya sadar bahwa ia baru saja
melakukan kekeliruan. Wallahu a’lam bish shawab.