Dalam sebuah momen perjalanan bersama Rasulullah, para sahabat pernah menyaksikan seekor humarah (semacam
burung emprit) bersama dua anaknya. Entah dengan alasan apa, mereka
tiba-tiba mengambil kedua anak burung itu. Tentu saja sang induk
berontak dan mengepak-ngepakkan sayapnya.

pencipta api,” sabda Rasulullah. Demikian cerita yang termaktub dalam hadits riwayat Abu Dawud.
Para
sahabat memang bukan orang-orang yang maksum atau terbebas dari dosa.
Tapi, dari kekeliruan merekalah Rasulullah memberikan sejumlah pelajaran
kepada umatnya. Tingkah para sahabat yang mengganggu induk burung dan
anak-anaknya, serta menghanguskan kerajaan semut membuat Rasululah
merasa perlu untuk menegur.
Peringatan
Rasulullah kepada para sahabatnya adalah bukti betapa Islam sangat
menghargai binatang dan kehidupannya. Islam mengizinkan manusia membela
diri tatkala diserang binatang yang mengancam keselamatan fisik dan
jiwanya. Namun, Islam melarang pemeluknya untuk berbuat semena-mena,
baik untuk melampiaskan amarah ataupun keisengan belaka.
Binatang, sebagaimana manusia, adalah makhluk Allah rabbul ‘âlamîn. Bahkan, binatang-binatang dianugerahi kemampuan untuk bertasbih—dengan caranya sendiri. “Telah
bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang
ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Ash-Shaffat: 1). Jika terhadap binatang saja manusia dilarang keras berlaku lalim, apalagi terhadap sesama manusia? (Mahbib)